Written by UAPM Inovasi 10:11 Puisi, Sastra

Pakde Pakde Parlente

Ini kisah tentangmu, Bapak-Bapak Lelaki yang Bersahaja, yang berada di puncak pimpinan kuasa

Kau Bapak yang Sejahtera, yang menyejahterakan kami dengan sederhana, jika saja kami marah, mungkin tak ada lagi nama Republik Negara

Kau Bapak idola, jika saja kau jatuh cinta, Rakyat siap menghujatnya, kami Rakyat siap menjadi tameng bagi segala cela, untuk dilempar jauh jauh pada penguasa

Kau Bapak yang mulia, hanya saja kemuliaan kami sedang ternoda, kami tak suka melihatnya, ingin kami buang segala puji dan puja, kami tukar dengar dengan harga diri dan marwah, kami bawa lagi martabat yang dilupakan aparaturnya

Kau Bapak yang hina, tak sehina kami yang hanya memungut sampah, yang hanya makan dari sampah, yang mulutnya juga sampah, tapi kau ini lebih sampah, adakah lagi yang lebih sampah darimu

Kau bapak yang merdeka, kau bebas menjual tanah, kau bebas berbagi saham dan harta, kau bebas menanam modal untuk kami petik akibatnya, kau bebas bergembira, sementara kami lebih riang lagi berbahagia, kapanpun kami bebas menyambut pemimpin baru yang lebih sangar, tapi jangan kau tuduh kami makar

Kau bapak, atau emak emak, lampumu kau bersein kanan, tetiba kau belok ke kiri, seperti inikah kau bawa negeri, seperti inikah kami rakyat kau ajak mengemudi, kau ajari untuk menjelajahi, untuk tanah kami yang siap dijual kembali, yang siap untuk dijajah dan dibeli
Kami tak sudi !

Kau Bapak yang sungguh bersungguh sungguh, kau yang paling tangguh, kau yang paling hebat menanggung malu, kami rakyat kesakitan atau kelaparan kau biarkan, kami Rakyat putus cinta teringat mantan kau abaikan, huss, maksudnya, kami Rakyat putus harapan lalu kau pupuskan, kau tambah lagi iming-iming janji yang ingin kau tuntaskan, dan kami sudah tahu jawabnya, kami Rakyat tetap tabah menanggung penderitaan

Pakde, ini kisahmu, jangan kau abaikan apalagi membisu, atau sok-sok an tak tahu, atau pura pura tidur tak menahu, atau pura pura tahu dan melucu
Ini negara pakde, bukan pasar para parlente, di sini tak ada mahar, yang ada juang berkobar, disini tak ada balik modal, yang ada patriot tegar, disini tak ada jual beli, yang ada pahlawan sekarat mati, disini sudah bukan untuk bermodal, disini hanya ada pejuang tak gentar, siap melawan berandal, para mereka yang menyamar dan duduk di kursi suara, kami sudah tau triknya, mungkin kalau dilihat sudah tak berdasi, tapi baunya tetap sama, selalu bikin sakit hati !

Setengah mati kami benci,
Pakde, taubatlah atau pergi !
Atau mati, kami siap mengubur dan meyasini, kami selalu siap mentahlili
Beras kami masih banyak untuk berkatan
Beras kami masih cukup buat selametan

Apalagi Pakde, kami tak butuh jalan, kami sudah penuh perjuangan, kami tak butuh infrastruktur, strategi kami sudah terukur, kami tak butuh modal, orang orang kami sudah lebih handal, kami tak butuh investasi, kami rakyat sudah cukup frustasi, kami tak butuh beras, otak kami masih cukup waras, untuk membangun negeri kami masih siap lepas landas

Pakde dengarlah, kecuali sudah kopok-tuli telingamu, Pak de lihatlah, kecuali sudah picek-buta matamu, atau yang buta-tuli itu hatimu, tak bisa membaca rakyatmu

Pakde, Assalamualaikum
Jangan kau tangkap kami karena ambisimu yang mengaum-aum
Kita damai sampai disini, pak de
Warahmatullah wabarokatuh
Semoga luka rakyat menjadi sembuh

[Arvani Zakky]

(Visited 11 times, 1 visits today)

Last modified: 27 September 2018

Close