Senin pagi (21/8), para penjual di kantin Ma’had memilih untuk membuka warung mereka lebih dini, buntut dari kegiatan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) 2023 yang dimulai sejak pagi hari pukul 05.30 WIB. Keputusan untuk buka warung lebih awal tersebut adalah inisiatif mereka, bukan dari pemberitahuan secara resmi dari panitia atau pihak mahad.
Husnul Khotimah, salah satu penjual di kantin merasa tidak ada koordinasi terkait pelaksanaan PBAK tahun ini. Husnul mengungkapkan bahwa pemberitahuan setiap kegiatan kampus yang melibatkan mahasiswa yang tinggal di mahad melalui mahasiswa itu sendiri. “Nggak ada, nggak ada yang koordinasi. Taunya dari anak-anak aja,” ungkapnya. Husnul juga mengatakan bahwa ia mendapatkan pemberitahuan dengan bertanya kepada musrifah, “sama itu, musrifah-musrifah itu saya tanyain. Nanti kegiatannya apa, jam berapa. Kadang-kadang anak-anak ke sini saya tanyain. Soalnya, saya itu mau masak biar gak banyak, gitu loh. Kalau banyak, nggak habis.”
Hal ini dibenarkan oleh Tyas, penjual lain di kantin ma’had terkait tidak adanya pemberitahuan secara resmi dari pihak panitia. Padahal setiap kantin buka setelah subuh agar mahasiswa baru memiliki waktu untuk membeli sarapan sebelum kegiatan dimulai. Persiapan berjualan, bukan hanya PBAK 2023, namun juga di setiap kegiatan yang melibatkan mahasiswa baru, menurutnya hanya berdasarkan pengamatan mandiri olehnya. “Kalau saya nggak pernah tau. Mesti nggak pernah tau. Kadang, kayak misal gini, kalau ada acara lho kok bawa nasi, berarti nanti jatahnya dikurangin, mungkin anak-anak nggak makan. Jadi dikira-kira dewe. Jadi nggak ada resmi pemberitahuan,” jelasnya.
Baca Juga: Koordinasi PBAK-U Buruk, Tim Koordinator Kesehatan PBAK-U Kebingungan
Daftar peserta yang memiliki riwayat penyakit bahkan belum sempat didata oleh Panitia. Kendati demikian, Tim Koordinator Kesehatan tetap melakukan kerja prosedural dengan pencatatan manual dan digital melalui google formulir. Menurut RIzka, antara lain hal ini karena belum adanya koordinasi yang cukup antara panitia PBAK-U dengan Tim Koordinator Kesehatan.
Mahasiswa baru mengaku mendapatkan roti dan air di pagi hari oleh panitia melalui musrifah. Adilah Qosima Faridah, mahasiswa baru program studi Tadris Matematika mengaku tidak sempat ke kantin untuk membeli sarapan. Berdasarkan pengalamannya panitia memintanya bergegas menuju ke lapangan untuk berkumpul sebelum acara dimulai. Padahal, ia masih harus berbaris agak lama di depan mabna untuk berkumpul di lapangan. Adilah merasa dirugikan karena pemberian konsumsi di pagi hari tidak diberi konsumsi berat. “Soalnya acaranya kan dari pagi sampai siang apalagi tadi sempat agak molor,” keluhnya.
Menanggapi hal ini, Nabila Rihadatul Aisy selaku panitia bagian konsumsi memberikan konfirmasi bahwa seluruh pengadaan konsumsi telah diatur oleh pusat. Menurutnya, pemberian roti yang dilakukan di pagi hari adalah sebagai usaha panitia untuk memberikan sarapan sebelum kegiatan dan untuk efisiensi waktu. Pemberian roti ini menurutnya merupakan bentuk inisiatif panitia memberikan keringanan kepada mahasiswa baru agar tidak perlu diadakannya penugasan PBAK terkait sarapan mereka seperti tahun kemarin.
Nabila mengungkapkan bahwa ia sama sekali tidak mengetahui tidak adanya koordinasi antara pihak panitia dan kantin mahad. Ia berpendapat bahwa koordinasi pantia dan kantin mahad dilakukan oleh pihak di luar sie konsumsi. “Sebenarnya gini, dari pihak konsumsi sendiri juga mengacu ke mahasiswa juga. Tapi kalau yang jadi penanggung jawab itu mungkin beda dosen karena dosen yang di sini hanya mengurus bagian konsumsi, koordinasi di luar mungkin berbeda,” pungkasnya. []
Editor: Zahrah Salsabillah Ashari
Foto: Faidyah Nur Ainina/UAPM INOVASI
maba uin malang mahad uin malang PBAK uin
Last modified: 22 Agustus 2023
Klimaks dari artikel ini belum tersampaikan dengan jelas, khususnya pada salah satu objek yakni “Penjual Kantin Ma’had”, dan hubungan antara Penjual kantin ma’had sama MABA belum tersampaikan dengan seksama, serta hal apa yang disampaikan penulis kepada pembaca terbilang masih ambigu terutama pada paragraf terakhir yang seharusnya menjadi inti artikel. Terima kasih, mohon maaf apabila ada salah kata
Klimaks dari artikel ini belum tersampaikan dengan jelas, khususnya pada salah satu objek yakni “Penjual Kantin Ma’had”, dan hubungan antara Penjual kantin ma’had sama MABA belum tersampaikan dengan seksama, serta hal apa yang disampaikan penulis kepada pembaca terbilang masih ambigu terutama pada paragraf terakhir yang seharusnya menjadi inti artikel. Terima kasih, mohon maaf apabila ada salah kata