Written by UAPM Inovasi 02:10 Majalah INOVASI, Produk

MAJALAH INOVASI EDISI 34 TAHUN 2017

DOWNLOAD NOW:

MAJALAH INOVASI EDISI 34 TAHUN 2017


Salam Setengah Merdeka!

Agraria menjadi tema yang kami angkat dalam majalah yang kali ini berada di tangan kawan-kawan. Tema ini sengaja kami angkat lantaran melihat masih panjangnya daftar kasus agraria di Malang Raya yang belum terlalu diekspos media. Sama seperti alur kerja keredaksian pada umumnya, seusai penentuan tema, kami pun bergerak merencanakan peliputan. Mulai dari observasi, pengumpulan data awal, outline, wawancara, menulis, penyuntingan, layout, hingga ke proses pencetakan. Rencana peliputan tertata rapi pada awal kepengurusan redaksi. Saat itu pula, kami menyimpan penuh semangat dan komitmen untuk menyelesaikan pengerjaan majalah.

Lambat laun, kinerja redaksi mulai goyah. Perlahan, semangat awak redaksi mulai menurun. Persoalan klasik seperti kesibukan akademik dan kesibukan lain menjadi alasan yang tak terelakkan. Namun, untuk menjaga semangat kepenulisan, redaksi majalah melakukan diskusi mengenai isu yang akan ditulis di majalah. Hari semakin berlalu dan berganti menjadi minggu. Minggu pun berganti menjadi bulan. Pada akhirnya, waktu berlalu begitu cepat dan tanpa disadari telah mendekati akhir tahun.

Ketersediaan waktu yang terbatas, tak lantas membuat redaksi majalah dan para awak redaksi memberikan sajian secara serampangan. Dengan semangat awak redaksi yang tersisa, Majalah Inovasi Edisi XXXIV pun hadir di tangan para pembaca sekalian. Majalah ini menghadirkan dua sajian khusus bertema agraria. Pertama, mengenai kejelasan status kepemilikan tanah di Desa Kalibakar, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang. Tanah ini masih belum jelas status kepemilikannya, apakah milik masyarakat atau justru milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XII Kalibakar. Kedua, mengenai pemberlakuan sistem perhutanan sosial yang masih menerapkan sistem bagi hasil dan berbagai bentuk intimidasi yang diterima oleh masyarakat. Sajian khusus ini berangkat dari kisah petani di Wonogoro, Kabupaten Malang.

Tak melulu soal agraria, majalah ini juga menghadirkan tulisan mengenai kehidupan buruh yang terangkum dalam rubrik ekonomika. Tulisan ini akan menunjukkan bagaimana serikat buruh mulai kehilangan orientasi gerakan, sementara mereka justru rentan terhadap praktik-praktik pemberangusan serikat oleh perusahaan. Tak ketinggalan pula, di rubrik Teropong Malang, hadir sebuah tulisan menarik yang mengulas soal dampak kebijakan revitalisasi pasar tradisional terhadap pedagang, salah satunya Pasar Terpadu Dinoyo.

Selain beberapa rubrik di atas, kami juga menyajikan beberapa rubrik lain, seperti resensi, opini, kolom alumni, puisi, dan komik. Terakhir, majalah ini kami tutup dengan catatan khusus dari Kulon Progo, Yogyakarta. Catatan ini berkisah tentang penolakan dan kecaman warga Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo atas  pembangunan New Yogyakarta International Airport (NYIA).

Majalah ini terbit melalui proses panjang yang cukup melelahkan. Jumlah awak redaksi yang semakin menyusut dan memutuskan untuk tidak ikut terlibat dalam pengerjaan majalah, setidaknya menjadi kendala utama yang harus kami hadapi. Realita ini tak pelak memunculkan perasaan pesimis untuk melanjutkan perjuangan kami dalam menyuarakan kaum-kaum yang terpinggirkan. Belum lagi, waktu yang berputar semakin cepat. Namun, pada akhirnya kami harus bertahan dengan jumlah awak redaksi yang seadanya. Kesadaran pun muncul ketika deadline sudah sampai di pelupuk mata. Ya, perjuangan kami tidak seharusnya berhenti hanya lantaran teman seperjuangan tak menemani berjuang hingga akhir.

Akhir kata, selamat membaca karya kami yang jauh dari kata sempurna ini. Tetap kritis atas realitas yang terjadi di sekitar kita. Sekian.

REDAKSI

 

(Visited 159 times, 1 visits today)

Last modified: 29 September 2018

Close