LINK DOWNLOAD
Salam Redaksi
Diskriminasi yang dialami oleh minoritas menjadi tema yang kami angkat dalam majalah yang kali ini berada di tangan pembaca. Tema ini sengaja kami angkat lantaran melihat masih banyaknya diskriminasi yang dialami oleh minoritas seperti Papua dan Ahmadiyah. Sama seperti alur kerja keredaksian pada umumnya, seusai penentuan tema, kami pun bergerak merencanakan peliputan. Mulai dari observasi, pengumpulan data awal, outline, wawancara, menulis, penyuntingan, layout, hingga ke proses pencetakan.
Pada awal kepengurusan para awak redaksi berkomitmen untuk menyelesaikan majalah di pertengahan tahun. Mengingat tahun-tahun sebelumnya majalah selalu menjadi momok di akhir kepengurusan.
Lambat laun komitmen tersebut mulai terabaikan. Penyebabnya sangat klasik, urusan akademik dan urusan-urusan lain membuat komitmen yang membara sedari awal perlahan padam. Namun, demi merawat api yang perlahan mengecil, Redaksi dan PSDM mengadakan diskusi tentang isu-isu yang akan dibahas di Majalah. Waktu terus melaju perlahan tapi pasti membuat kita tidak sadar. Akhirnya mendekati akhir tahun.
Waktu yang sangat terbatas tidak membuat para awak redaksi menyajikan dengan serampangan. Dengan sisa-sisa api yang hampir padam Majalah INOVASI XXXV pun hadir di tangan pembaca.
Majalah di tangan pembaca sekarang ini memiliki tiga liputan utama yang membahas seputar diskriminasi. Pertama: akan berbicara tentang Ahmadiyah. Dianggap sebagai yang berbeda dari islam pada umumnya. Mereka kerap kali mendapat diskriminasi baik oleh masyarakat ataupun oleh negara. Mengalami pengusiran di beberapa daerah dan berbagai bentuk persekusi lain. Kedua: mengenai Mahasiswa Papua yang kerap kali dibatasi ruang geraknya ditanah perantauan akibat stigma yang melekat. Tuduhan-tuduhan seperti tidak punya adab, separatis, hingga OPM kerap dilekatkan kepada mereka. Ketiga: tentang anak-anak difabel yang sampai saat ini haknya dalam pendidikan belum terpenuhi. Terutama pada akses ke fasilitas publik di perguruan-perguruan tinggi. Nyatanya tidak semua kampus menyediakan akses fasilitas publik bagi mereka.
Tak hanya menyoal diskriminasi, rubrik Liputan Khusus akan membahas tentang nasib pekerja rumahan. Dari gaji yang sangat minim, upaya pengorganisiran, hingga status mereka yang hingga kini tidak diakui sebagai pekerja. Sedang di rubrik budaya, pembaca akan menemui tentang Ludruk, kesenian asal Jawa Timur yang menjadi alat perlawanan dan kritik sosial pada masanya. Selain rubrik di atas, majalah ini juga akan membahas beberapa rubrik lain.
Di rubrik Psikologi, akan membahas tentang anak-anak yang terdampak proyek bandara NYIA. Sebagai anak-anak yang masih dalam tahap tumbuh kembang, apa sih dampaknya bagi mereka?
Ada juga rubrik lain, seperti teropong kampus yang akan membahas tentang WCU. Rubrik Pendidikan yang membahas pendidikan anak jalanan serta rubrik esai, puisi. Lalu ditutup rubrik kolom alumni dengan pembahasan Homoseksual yang masih dianggap sebagai penyakit.
Kami menyadari majalah di tangan teman-teman ini terdapat banyak sekali kesalahan. Kami masih sangat berharap kesalahan tersebut tidak membuat teman-teman untuk mengabaikanya. Terlebih lagi apabila majalah ini nantinya akan menjadi salah satu bahan diskusi pembaca. Mengingat majalah ini dibuat melalu serangkain proses yang melelahkan.
Akhir kata, selamat membaca dan salam setengah merdeka!
ahmadiyah budaya Buruh inklusi majalah papua pendidikan psikologi
Last modified: 19 Desember 2019