Written by Zahrah Salsabillah Ashari _&_ Muhammad Rizky Nurdiansyah 23:14 Berita Kampus, Straight News

Selayang Pandang tentang Analisis Pidato Ketua SEMA-U

Pagi hari pada gelaran Pembukaan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan Universitas (PBAK-U) (22/8/2022) di depan 3864 mahasiswa baru, Ketua senat mahasiswa universitas (SEMA-U) UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Bagus Isnu Hariadi dalam pidatonya, menyapa mahasiswa dengan kalimat “Apakah masih semangat, Sahabat,” selanjutnya ia mengenalkan karakter masing-masing fakultas “Ada fakultas yang memiliki karakternya masing-masing. Fakultas FITK dengan jiwa pendidikannya memiliki tempat wadah kawah Chondrodimuko untuk berproses pada sahabat-sahabat yang ada di FITK. Ada Fakultas Syariah terkenal dengan pemikirannya, dengan kebijaksanaannya, seperti Umar Al-Faruq. Ada Fakultas Psikolog dengan analisis kejiwaan analisis kepribadian sebagai penakluk kontrol, mental kepada pribadinya dan sosial,” ucapnya.


“Sahabat” sendiri adalah sebutan yang lazim digunakan dalam surat menyurat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), sama halnya dengan “Kanda Dinda” Di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), “Immawan dan Immawati” di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), “Rekan dan Rekanita” di Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), dan “Bung dan Zus”, di Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), dan “Ikhwan dan Akhwat” di Kesatuan Aksi Mahasiswa Islam Indonesia (KAMMI). Seluruh Lembaga ini, dalam lingkup kampus biasa dikenal sebagai Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus (OMEK). 


Adapun penyebutan nama-nama fakultas dan istilah yang disematkan oleh Bagus seperti Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) dengan nama rayonnya adalah Rayon “Kawah” Chondrodimuko, Fakultas Syariah dengan Rayon “Radikal” Al-Faruq, Fakultas Psikologi dengan Rayon “Penakluk” Al-Adawiyah. Rayon sendiri merupakan lembaga paling dasar di PMII dalam ruang lingkup Fakultas.


Najwa H. Syabeh, salah satu panitia PBAK menyebutkan bahwa pembawaan pidato oleh ketua SEMA-U yang memakai kata “Sahabat” pada saat menyapa mahasiswa baru dinilai positif. “Berarti mereka menyama ratakan semua anak dan di mana itu sebenernya hal yang positif” terang Najwa H. Syabeh. Namun Najwa juga sedikit terganggu dengan penggunaan kata “Sahabat”, ia mengatakan untuk alangkah baiknya kata itu diganti dengan penyebutan yang lain, karena Maba belum bergabung dalam OMEK. “apalagi yang dengar mahasiswa baru ya yang di mana artinya mereka itu belom masuk kedalam beberapa omek gitu kan , sebenarnya dari sini cukup keliatan bahwa sema secara ga langsung mereka menyamakan pandangan antara mahasiswa non partai maupun partai gitu” Tambah Najwa.


Sementara itu, Rizka Amalia, Dosen linguistik dan Bahasa di Fakultas Syariah menilai bahwa Bagus Isnu Hariadi memiliki pesan khusus, Dalam konteks pemilihan diksi yang ia pilih saat berpidato, ada kemungkinan Bagus sebagai penutur memilih diksi ini karena pengaruh organisasi dominan yang ia geluti. Sebab tujuan itu telah melekat dalam kebiasaannya, maka Bagus terbiasa menggunakan diksi tersebut dalam aktifitas rutinnannya, termasuk pidato tadi. 


Konsekuensinya adalah kelekatan antara penutur dengan komunitas atau organisasnya, secara implisit ia sampaikan dalam pidato untuk kepentingan organisasinya. “Penutur yang telah memiliki kelekatan dengan organisasi, sedang membawa organisasinya secara implisit untuk kepentingan eksistensi organisasi.” Terang Rizka saat kami minta tanggapan analisis mengenai pidatonya.


Gusti Rafi Pangestu Muhammad, salah satu Mahasiswa program studi manajemen menilai bahwa sangat tidak mungkin berbicara di ruang publik itu tanpa rancangan. Rafi menilai itu salah, karena menurutnya ketua SEMA-U sendiri di undang dalam acara PBAK atas Namanya sebagai Ketua SEMA-U, bukan identitas lain. “Menurutku salah karena dia mempromosikan omek , kecuali dia mempromosikan sema” Tegas Rafi. Adapun ruang publik yang dimaksud oleh Rafi adalah ruang demokratis tempat bertemunya silang identitas dan berinteraksi secara sehat.


Irham Bashori Hasba, Dosen di Fakultas Syariah juga sebagai pengamat, menilai bahwa dalam konteks politik pidato dari Bagus Isnu Hariadi dianggap wajar. Karena dalam konteks politik ada yang Namanya relasi kuasa, yang artinya kekuasaan bagi pihak yang berkuasa dia pasti menggunakan kekuasaannya untuk membuat justifikasi-justifikasi dan itu wajar dalam politik. “Dalam kontek politik tanpa dia menyebut langsung narasi Lembaganya saya rasa fine-fine aja, itu suatu yang wajar dalam konteks politik.” Namun berbeda dengan konteks etika atau kepatutan, karena ketika seorang partisipan partai politik seorang anggota partai politik, seorang anggota organisasi tertentu yang dia menjabat sebagai pejabat publik yang dimana membawa tidak hanya golongannya sendiri. ”DEMA, SEMA itu kan milik semua mahasiswa UIN, bukan hanya kepunyaan golongan tertentu, maka berlakulah seharusnya dia milik semua orang,” terangnya. []


Editor: Ajmal Fajar Sidiq

(Visited 143 times, 1 visits today)

Last modified: 24 Agustus 2022

Close