Katanya,
Tak apa, sejenak aku ingin menikmati
Cakap apa kau, menikmati?
Ya, menikmati udara yang mulai kotor
Lantas, yang kau perbuat?
Menunggu masa, menumbangkan jemari akarku
Katanya,
Keluhku, sebagai penyangga bumi
Apakah sepantasnya udara sekeruh ini?
Dedikasiku mati suri
Malah semakin mengkeriputkan bumi
Mereka celakaiku agar aku durhaka, maaf udara
Katanya,
Lagi-lagi mereka, pecundang liar
Pengais harapan, tebas dan tinggalkan, tanpa tanam , sedikit pun
Menjadi harapan karam, bagaimana tidak?
Mereka jadikan bumi sebagai tumbal
Menariknya, inilah budaya kita
Katanya lagi,
Meniadakan mereka adalah keniscayaan
Menyisakan duka bagi mereka yang tak lupa bahwa hijau adalah surga
Ada saatnya tuhan pun mulai murka
Beberapa daerah terendam karena akarku mulai hilang
Meski begitu, meraka tak sadar, tumbangku, tumbanglah kita
Diujung gelisah diantara senja oleh pohon tua
Kataku.
[Ali Zia]
Last modified: 19 Juli 2015