Written by UAPM Inovasi 08:49 Berita Kampus, Koran Tempel Q-Post

KBT Tak Menjamin Fasilitas Sehat

Meski setiap tahun diberlakukan sistem Kartu Bebas Tanggungan (KBT) tetap saja masih ditemukan fasilitas kamar ma’had yang kurang layak. Ahmad Hanief Zayyadi, mahasantri yang tinggal di mabna AlGhozali mengaku, saat pertama kali masuk ke ma’had ia mendapati lampu kamarnya mati. Selain itu, di kamarnya juga hanya terdapat dua ranjang. Padahal, normalnya masing-masing kamar laki-laki memiliki tiga buah ranjang.

Menurut Ahmad Dlofirul Anam, murobbi mabna Al-Faraby, KBT diadakan agar nanti mahasiswa baru yang menghuni kamar mendapat fasilitas yang layak. Ma’had memberlakukan sistem Kartu Bebas Tanggungan (KBT) sebagai syarat untuk mengambil ijazah  lulus ma’had.

Untuk mendapat KBT, mahasiswa diwajibkan mengganti barang-barang yang rusak di kamarnya sebelum meninggalkan ma’had. Namun, mahasantri tidak harus mengganti dalam bentuk uang. “Ini (mengganti dalam bentuk uang_red) hanya memudahkan mahasantri saja yang terkadang tidak sabar untuk meninggalkan ma’had,” ujar  Isyroqunnajah selaku mudhir ma’had.

Mahasantri menganggap seharusnya ada anggaran tersendiri untuk memperbaiki fasilitas yang rusak. “Harusnya ada anggarannya kan, bukan malah dibebankan kepada kami,” ujar Rizki Dwi Angga, mahasantri yang tinggal di mabna Al-Faraby . Menurut Isyroqunnajah, memang ada dana untuk perbaikan. Namun, digunakan untuk memperbaiki fasilitas yang digunakan bersama, bukan untuk fasilitas yang digunakan secara pribadi. “Kalau barang di kamar ada kerusakan bukan karena bencana tapi karena human error, maka kami akan bebankan kepada pemakai. Di luar itu, kami yang akan memperbaiki,” ujarnya.

Isyroqunnajah menyatakan bahwa setiap akan ada mahasantri baru, ma’had selalu berbenah diri dan memperbaiki segala fasilitas yang rusak. Namun, hal ini berbeda dengan pernyataan yang dilontarkan oleh mahasantri 2015 yang saat ini ingin meninggalkan mahad. Nyatanya, tidak semua mahasantri mendapatkan fasilitas dalam keadaan seratus persen siap pakai. “Seharusnya ketika KBT ini diadakan setiap tahun maka harusnya saat kita masuk, fasilitas sudah dalam keadaan sehat. Tapi, lemari saya tripleknya hilang satu dan pintunya sulit dibuka. Kalau dari awal sudah dalam keadaan tidak sehat, perbaikan darimananya coba?” protes Angga.

Menurut Isyroqunnajah jika memang fasilitas yang didapatkan sudah rusak dari awal seharusnya mereka mengatakan kepada musyrif ataupun musyrifah. “Kalau ada komplain dari awal pasti kami ganti,” ujarnya.

Hanief mengaku pernah melakukan komplain terkait fasilitas di kamarnya yang tidak lengkap dan rusak. Namun, menurutnya, ia harus menunggu dalam jangka waktu yang cukup lama untuk mendapatkan penggantian ataupun perbaikan dari pihak ma’had. “Kalau lampu itu lumayan, satu bulan. Lah, kalau ranjang baru semester dua,” pungkas Hanief. [Achmad Gilang Rizkiawan]

(Visited 15 times, 1 visits today)

Last modified: 01 Juni 2016

Close