
Audiensi antara pihak Pergerakan Mahasiswa Peduli Demokrasi (PMPD) dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) UIN Maliki Malang (17/3) di ruang sidang Gedung Sport Center Lt. 1, berakhir dengan aksi lempar-lemparan kursi.
Laki-laki berbaju hitam itu maju ke depan forum, kedua tangannya menggebrak meja. ‘Brakk’. Sebagian besar mahasiswa yang berada di ruang sidang itu pun sontak berdiri. Mereka langsung berlari ke arah laki-laki tersebut, ada yang berusaha memukulnya, ada pula yang berusaha membela. Acara audiensi antara pihak Pergerakan Mahasiswa Peduli Demokrasi (PMPD) dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) UIN Maliki Malang pun berubah ricuh. Kursi dilempar sembarangan, mengenai tubuh hingga wajah mahasiswa yang bertikai. Saling dorong dan adu jotos pun tak terelakkan.
Ahmad Nurul Hidayat, salah seorang yang memihak KPU menjadi korban. Pipinya lebam dan mengeluarkan darah. Ia mengaku dikeroyok saat mencoba mendamaikan massa yang bertikai kala itu. “Tiba-tiba ada yang mukul dari belakang, lalu orang-orang yang ada di sekitar ikutan memukul,” ungkapnya. Selain itu, ada pula Muhammad Rosyid Hidayatullah yang mengaku terkena lemparan kursi di tangan dan kaki. “Kaki saya ada pergeseran di tulangnya,” akunya. Sedang dari pihak PMPD, menurut pengakuan Mohammad Abdul Alim sebagai anggota PMPD, ada dua orang yang menjadi korban serius dalam pertikaian tersebut, yakni Fuad Ibrahim dan Bagas. Menurutnya, Fuad dan Bagas dikeroyok saat kericuhan mulai keluar ke depan halaman gedung Soeharto. “Fuad sudah jatuh ke selokan, tapi masih terus dipukuli,” ungkapnya.
Alim pun menyayangkan tindakan kawannya yang menggebrak meja saat audiensi masih berjalan, karena hal itu memicu naiknya emosi para peserta audiensi. “Memang dari nggebrak meja, tapi kita tidak tahu kenapa dia sampai terpancing emosi,” katanya. Misbahul Munir, pelaku penggebrak meja berdalih, ia melakukan tidakannya atas dasar tidak puas dengan penjelasan yang disampaikan oleh KPU. “Saya cuma ingin KPU tegas memberikan jawaban sesuai dengan dasar hukum,” katanya.
Kericuhan terus terjadi walaupun massa yang bertikai sudah dikeluarkan dari ruang sidang gedung Jendral Besar H. Mohammad Soeharto. Hingga hujan turun saat maghrib (17/3) pun, mereka masih melanjutkan pertikaian. Baik Hidayat maupun Alim, menyayangkan hal tersebut.
Mudjaid Kumkelo, Kepala Bagian Kemahasiswaan mengatakan bahwa pertikaian tersebut tidak perlu terjadi, asalkan dari kelompok tersebut mempunyai komitmen untuk memajukan demokrasi di kampus UIN Malang, “Kalau sudah ada komitmen, maka konflik-konflik itu bisa dihindari,” ungkapnya. Lantas ia menambahkan, sebenarnya audiensi adalah salah satu cara terbaik untuk menghindari konflik. Namun sayang audiensi itu malah ricuh, “Yang ada di dalam kepala kami, audiensi itu isinya orang-orang terhormat, orang-orang pintar,” tandasnya. [Salis Fahrudin]
Last modified: 13 Oktober 2015