Written by Alviona Ninda Febriyanti 19:21 Straight News

Konferensi PDP ke-IV di Universitas Brawijaya Malang Fokus Penanganan Kekerasan Gender

MALANG – Pengetahuan dari Perempuan (PDP) menggelar konferensi pers yang ke-IV bertempat di Gedung Samantha Krida, Universitas Brawijaya, Malang, pada Kamis (19/09/2024). Hal tersebut digelar untuk menginformasikan hasil konferensi internasional yang diadakan atas kerjasama Komisi Nasional Anti Kekerasan Perempuan (Komnas Perempuan) dengan Universitas Brawijaya, Forum Pengada Layangan (FPL), dan Universitas Indonesia. Konferensi internasional ini bertema “Inovasi yang Inklusif untuk Mencegah, Menangani, dan Memulihkan Korban Kekerasan Berbasis Gender terhadap Perempuan.” 

Dalam konferensi ini, sebanyak 57 paparan pengetahuan diperdengarkan, semuanya berfokus pada berbagai inovasi dalam upaya penghapusan kekerasan berbasis gender terhadap perempuan. Panel diskusi dihadiri oleh berbagai elemen penting, mulai dari akademisi, Lembaga Negara, hingga Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berperan sebagai pendamping korban. Tidak hanya itu, afirmasi yang disampaikan oleh para panelis juga mewakili 17 wilayah di Indonesia, yakni bagian barat, tengah, dan timur.

Andy Yentriyani, Ketua Komnas Perempuan, menyatakan bahwa tema yang diangkat dalam acara ini telah mendorong banyak pihak untuk merefleksikan upaya-upaya yang sudah dilakukan. Andy menekankan pentingnya ruang dialog lintas sektor untuk memastikan pengetahuan yang dikembangkan semakin terlembaga dengan baik.

“Saya ingin mengakhiri di sini, karena menurut saya yang paling utama dari konferensi ini selain membangun ruang dialog lintas sektor, tetapi juga memastikan kita memiliki bangunan pengetahuan yang semakin terlembaga,” jelas Andy.

Di samping itu, Maharani Pertiwi, akademisi Universitas Brawijaya, menjelaskan bahwa pihak akademisi telah mengambil langkah-langkah yang inovatif untuk menangani kasus kekerasan berbasis gender, berdasarkan pada pengetahuan para akademisi dan penelitian terbaru, dimana hal-hal ini sangat diperlukan dalam menciptakan perubahan berkelanjutan dan berbasis bukti. 

“Di sini keterlibatan kami di pihak akademisi untuk memastikan adanya pendekatan yang diambil pada langkah-langkah dan juga inovasi untuk penanganan kasus kekerasan berbasis gender, berdasarkan pada pengetahuan akademisi dan penelitian mutakhir, hal-hal ini akan sangat diperlukan untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan dan berbasis bukti,” ungkapnya.

Baca Juga: Tiga Anak Saya Diperkosa, Saya Lapor ke Polisi. Polisi Menghentikan Penyelidikan

“Jika kamu menulisnya,” katanya, “apa yang akan berubah?”
“Kami mengandalkan polisi. Kami melaporkannya. Lalu apa? Pelaku masih bebas.” 
Lydia melaporkan pemerkosaan yang dialami ketiga anaknya, semuanya masih di bawah 10 tahun. Terduga pelaku adalah mantan suaminya, ayah kandung mereka sendiri, seorang aparatur sipil negara yang punya posisi di kantor pemerintahan daerah. 

Novita Sari perwakilan dari Forum Pengada Layanan, berpendapat dengan adanya Konferensi Pengetahuan dari Perempuan serta temuan-temuan yang dihasilkan dari para pendamping yang menghadapi berbagai tantangan dalam konteks situasi Indonesia saat ini akan menjadi wadah bagi para akademisi untuk bertukar pengetahuan baru, yang memungkinkan dapat membantu kinerja Forum Pengada Layanan sebagai pendamping serta mendukung kajian-kajian dari para akademisi. 

“Temuan-temuan dari teman-teman pendamping selama ini mendapatkan ragam tantangan dengan situasinya. Kemudian, di forum ini praktisi, akademisi bertemu. Berharap di forum ini muncul pengetahuan-pengetahuan baru yang akan membantu kerja-kerja kami sebagai pendamping,” papar Novita. 

Sementara itu, Mia Siskawati, akademisi dari Universitas Indonesia, menegaskan akan tujuan dari konferensi ini, yakni untuk perlunya menyoroti kolaborasi lintas sektor dalam mengumpulkan, merekam dan memanfaatkan pengetahuan yang dimiliki oleh seluruh pihak dalam upaya memperbaiki, mencegah, menangani dan memulihkan masalah kekerasan berbasis gender yang saat ini semakin mendesak untuk ditangani.

“Artinya tidak lagi didominasi oleh perguruan tinggi, suatu ruang, dialog percakapan, supaya pengetahuan yang dimiliki oleh semua pihak tadi tidak hanya dari akademisi itu lagi-lagi direkam serta digunakan untuk kita semua memperbaiki upaya untuk mencegah, menangani, dan memulihkan masalah kekerasan berbasis gender,” terangnya.

Editor: Nurul Luthfiyyah

(Visited 57 times, 1 visits today)

Last modified: 21 September 2024

Close