Panas matahari mulai saya rasakan ketika menuju ke padepokan Asmoro Bangun, Dusun Kedung Monggo – Desa Karang Pandan – Kec. Pakisaji – Kab. Malang (31/3). Saat saya sampai di Padepokan seni topeng Asmoro Bangun, terlihat anak-anak sedang beristirahat. Mereka ada yang bicara dengan teman-temannya, ada juga yang sekedar membeli pentol cilok yang dijajakan di sekitar padepokan.
“Latihan rutin menari topeng malangan di mulai jam 9 pagi,” kata Handoyo, pelatih dan penari topeng malangan. Saya sampai disana sudah agak siang, sehingga harus kecewa karena disana tidak langsung bisa melihat latihan topeng malangan.
Setelah selesai beristirahat Handoyo memimpin anak-anak perempuan untuk berbaris. Mereka ada dua puluh anak. Handoyo memutar musik lewat tape recorder kecil yang diletakkan di belakang. Saya memperhatikan Handoyo mondar-mandir untuk menyetel musik terus maju kedepan untuk memimpin latihan.
Dengan musik dari tape recorder Handoyo dan anak-anak menari. Kaki seperti langkah kuda-kuda, kedua tangan direntangkan, bergerak selaras dengan musik. Jempol tangan bertemu dengan jari telunjuk untuk kedua tangan. Tangan mereka bergerak luwes seperti wayang orang.
Handoyo sesekali membetulkan gerakan anak-anak yang kurang benar. Dari gerakan kaki, tangan sampai gerak kepala. Dua dan tiga putaran selesai, Handoyo mematikan musik. Giliran anak laki-laki yang akan latihan menari. Anak laki-laki dominan memakai kaos berwarna hitam dengan sebuah selendang merah dipundak dan tangan mereka.
Sekarang Handoyo tidak memutar musik lewat tape recorder, tapi Ini waktunya live music. Ada dua alat musik; ketipung dan gamelan. Handoyo menabuh ketipung dan gamelan dipukul oleh Bayu Pratama. Mereka terlihat mahir memainkan kedua alat musik itu untuk mengiringi latihan.
Handoyo menghentikan musik ditengah latihan, dia langsung memberikan contoh gerakan yang benar. Dia kembali menabuh ketipung untuk melanjutkan latihan.
Seusai latihan, saya mewawancarai pemain musik gamelan. Dia masih remaja dengan usia 15 tahun, duduk dibangku kelas 1 Sekolah Menengah Atas (SMA). Dia bernama Bayu Pratama. “Saya mulai latihan memukul gamelan sejak usia 13 tahun, waktu itu masi SMP mas,” ujar Bayu. Bayu dikenalkan dengan gamelan oleh pamannya yang juga saudara dari Handoyo. Sejak kelas satu SMP dia sudah jatuh cinta dengan gamelan.
“Saya dilatih oleh pelatih dari daerah Talun mas, dari situ saya terus dasar-dasar memukul gamelan sampai ke tembang-tembang,” jelas Bayu. Gamelan yang dibuat untuk tari topeng malangan ini gamelan jenis laras pelog (terdiri tujuh nada dari siji, loro, telu, papat, limo. Enem, dan pitu)
Berdasarkan yudhipri.wordpress.com Pelog memiliki 7 (tujuh) nada per oktaf, yaitu 1 2 3 4 5 6 7 (C+ D E- F# G# A B) dengan perbedaan interval yang besar. Dalam memainkan pelog, masih dibagi menjadi dua lagi, yaitu Pelog Barang, dan Pelog Bem. Pelog Barang tidak pernah membunyikan nada 1, sedangkan pelog Bem tidak pernah membunyikan nada 7.
Di zaman serba teknologi sekarang, seni tradisonal khususnya seni musik gamelan masih menarik perhatian Bayu. Diberi pertanyaan tentang musik-musik modern bahkan musik korea yang sedang digandrungi oleh anak-anak remaja. “ho, , , gamelan bisa membawa saya keluar negeri.” [Aris Syaiful Anwar]
Last modified: 18 Juli 2022