Written by Zahrah Salsabillah Ashari 12:40 Berita, Berita Kampus

Masalah Akademik Mahasiswa (Akhir) dan Kebutuhan akan Dukungan Sosial

Senin (22/05), sejumlah 22 Mahasiswa mengikuti Euforia yang digelar di lapangan utama kampus 1 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Acara ini diselenggarakan oleh Mahasiswa Psikologi Angkatan 21 yang bekerjasama dengan Oasis, Lembaga Semi Otonom (LSO) Konselor yang ada di Fakultas Psikologi. Menurut catatan Oasis, mahasiswa Fakultas Psikologi masih menjadi pengunjung terbanyak yang aktif mengakses website maupun laboratorium secara langsung. Pada data yang sama tercatat seluruh fakultas di UIN Malang telah berkunjung dan mendaftar layanan psikologis.  Jumlah presentase pengunjung dari Mahasiswa Strata 1 Psikologi menyentuh angka 89%. Adapun permasalahan yang sering dikeluhkan, salah satunya adalah Masalah akademik.

Muhammad Fikril Hakim, salah seorang mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Arab Angkatan 18, mengakui tingkatan stress dan tekanan yang di alaminya menjelang akhir masa studi. “akut, sih ya stress nya. Cuma alhamdulillah gak sampe ke psikolog,” ungkapnya. Fikril juga mengatakan bahwa ia terlalu fokus terhadap pekerjaannya, sehingga ia lalai pada skripsinya. “lebih memilih kesibukan yang lain daripada ngadepin skripsi itu sendiri saya lebih ke arah itu,”. Selain itu ia menilai bahwa sebaik apapun dukungan sosial maupun akademik, semua akan Kembali pada diri sendiri. “Artinya kembali ke diri saya sendiri kalo untuk dukungan sosial akademik mesti mendukung,” tambahnya.

Sementara, Ilman Mahbubillah, mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab Angkatan 18 menganggap bahwa setiap awal pasti mempunyai akhir, seperti halnya kuliah. Entah berakhir menggunakan toga, atau drop out. Baginya, merasa resah tidak akan dapat menyelesaikan masalah. Selain terus berikhtiyar, membangun rasa optimis seperti tidak merasa resah juga membantu terhindarnya dari masalah psikologis. “Alhamdulillah, ikhtiar untuk segera menyelesaikan harus dibarengi dengan rasa optimis, salah satunya termasuk tidak merasa resah,”.

Baca Juga: Catatan Akhir Tahun: Replika Mahasiswa Mental Hamba

Berbahagialah kalian yang dapat kesempatan kuliah di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Entah ini mitos atau fakta, yang jelas saya pernah pura-pura jihad hompimpah dengan tiga sahabat saya. Antara UB, UM dan UIN, alhasil saya, yang mewakili UIN, menang mutlak 3-0. Dengan terpaksa senang hati, kami bertiga mengerutkan dahi hingga kedua alis menyatu mencari poin kebanggaan menjadi mahasiswa UIN. Barangkali ada khilaf, mohon maklum karena kami sama seperti kalian; mahasiswa mental hamba.

Lain halnya dengan B (bukan nama sebenarnya), yang merupakan mahasiswa jurusan Manajemen. B justru menilai bahwa hambatan mahasiswa akhir dalam menyelesaikan studinya tidak hanya sepenuhnya dipengaruhi oleh masalah psikis, seperti stress. Namun juga Administrasi yang terlalu berbelit. Pendanaan penelitian yang juga memberatkan mahasiswa yang kurang mampu, sehingga tidak terpenuhinya kebutuhan riset menjadikan minimnya paradigma fakultas yang menganggap bahwa mahasiswa tidak dapat melakukan riset tersebut. Belum lagi, dikotomi terhadap tema skripsi. B juga mengatakan, Mengingat dari awal sudah memiliki kesadaran akan hal-hal yang kemungkinan terjadi pada semester akhir. “karena memang dari awal sudah sadar ya, kalo semester akhir ya begini,” tambah B menyikapi masalah beban tanggungan mahasiswa akhir.

Setiap Mahasiswa Semester Lanjut, yang melebihi rentang waktu normal perkuliahan – selama 8 semester – sebagaimana lazimnya Mahasiswa yang lulus dalam menyikapi kondisi psikis berbeda-beda. Namun pola setiap Mahasiswa menyikapi masalah ini, hampir tidak berubah. Termasuk antara lain, ada Mahasiswa yang memutuskan harus bunuh diri demi menyelesaikan masalah akademiknya. Kasus di Malang, adalah MN, terakhir yang hampir bunuh diri terjun dari Jembatan Soehat tahun 2021 lalu.

Pada tahun 2014, lembaga yang berfokus pada penelitian kondisi kesehatan mental, Student Minds, melansir dalam Grand Challenges In Student Mind melakukan penelitian terhadap 280 responden civitas akademika kampus. Hasilnya menyatakan, sebagian besar, stress lebih mudah menjangkit Mahasiswa.

Danika Nurkalista, anggota dari Yayasan Pulih, saat diwawancarai oleh Tirto. Id, berpendapat bahwa bila ada rekan sejawat atau kerabat dekat, perlu ditanggapi secara serius. Perlu diingat bahwa seseorang yang mengungkapkan pikiran dan perasaan putus asa, keinginan untuk menyakiti dan mengakhiri hidup perlu ditanggapi secara serius. Jadi tidak baik bila dianggap bercanda,” dikutip dari Tirto. Id. Selain itu, Danika juga menyarankan agar segera menghubungi layanan hotline Psikologi jika menemui kasus seperti itu.

***

Depresi sama seperti flu. Bagian dari penyakit dan bukan persoalan sepele. Jika teman-teman Mahasiswa mengalami permasalahan demikian dengan tendensi bunuh diri agar segera menghubungi pihak yang memiliki kompetensi. Kami juga membuka ruang berbagi dalam tulisan, jika teman-teman Mahasiswa ingin berbagi pengalaman tentang masalahnya.[]

Editor: Ajmal Fajar Sidiq

Foto Sampul: Dokumen OASIS

(Visited 141 times, 1 visits today)

Last modified: 12 Juni 2023

Close