Sajak-sajak
Dengan tegukan kopi dan kepulan asap rokok,
aku sedang menunggu sajak-sajak datang.
Menghampiri isi kepalaku dan bermanja-manja ia
di alam pikiranku.
Dengan menyebut dirimu,
gadisku yang matanya berbinar beradu rembulan.
Aku mendamba dirimu
bersembunyi di antara sajak-sajak yang terucap dan tersurat,
aku mencarimu lalu menafsirkanmu,
bersandar di pangkuanmu lalu kau membelaiku.
Aku menantikan sabda-sabda indah jatuh dari bibir merahmu,
mengalir dari lidahmu,
beradu dengan diriku.
Aku menantikan saat-saat yang akan datang.
Di mana sajak-sajak yang lahir dari lidah
kan mengajakmu bertamasya ke kebun indah kita,
melihat kucing-kucing kita berserta buaian-buainnya,
dan sajakku mengajak kembali dirimu
untuk membelaiku dalam pangkuanmu, duhai gadisku.
Aku menginginkan dirimu.
23 Agustus 2022, pukul 00.38 WIB
Dirimu
Aku melihatmu dari gelas-gelas kaca.
Kau bening tanpa ada noda,
Dengan lengkungan tubuhmu yang mengikutinya.
Aku melihat dari pantulan gelas-gelas kaca,
Di mana aku memandangmu
manis berkulit cokelat menghilangkan dahaga.
Kau mengusap bibirku,
membelai lidahku
Tenggelam dalam ragaku
Kau slalu ingin ku temui,
Fajar
Siang
Petang
Yang kemudian menghantam malam
Aku menatapmu di balik gelas-gelas kaca.
29 Agustus 2022, pukul 22.51 WIB
Satu titik gerimis
Dalam sekejap
aku melihat sajak-sajak melayang menjadi kabut,
Ia melayang
Terus melayang
Kemudian dia bersenda gurau dengan kawan-kawan sebayanya.
Mereka membicarakan
bagaimana bulan yang mereka tutupi menjelma menjadi senyum,
Bagaimana sinar purnama yang mereka halangi berpindah pada matamu
Adapun sajak-sajak itu
saling menyusun satu demi satu,
butir demi butir
Dan tetes demi tetes menjadikannya embun
Adapun embun
saling tindih-menindih
tumpuk-menumpuk menjadi gerimis
Menyentuh kulitku,
membelai tangan,
melenyapkan penatku.
Mungkin ia sekarang dingin,
Seperti satu titik gerimis,
Tapi dalam sanubariku
berharap ia berteman dengan mentari menjadikannya pelangi.
29 Agustus 2022, pukul 22.51 WIB
Ingin
Inginku adalah kulitmu
Bersentuhan dengan jari jemariku
Bergandengan melalui kesibukan yang amat semu
Inginku adalah bibirmu, bersentuhan dengan diriku.
Mengecup yang membuat degup
Inginku adalah wangimu
Di saat kita duduk bersama
Berdua saja
Sekali lagi, berdua saja
Kita pun mulai bercerita, bagaimana gemingnya ayah membuatmu menjadi batu
Bagaimana lembutnya ibu, beralun bagai lirik lagu
Menyulam dirimu
Lalu kita mulai membayangkan
tentang taman-teman rumah,
tentang bunga-bunga indah
tentang tetangga-tetangga yang ramah
dan tentang pohon di belakang rumah yang patah.
5 September 2022, pukul 22.22
Ilustrasi: Muhammad Rizaldy P.