Written by Ihsanul Mukminin 18:57 Puisi, Sastra

Satu Titik Gerimis dan Puisi Lainnya

Sajak-sajak

Dengan tegukan kopi dan kepulan asap rokok,

aku sedang menunggu sajak-sajak datang.

Menghampiri isi kepalaku dan bermanja-manja ia

di alam pikiranku.

Dengan menyebut dirimu,

gadisku yang matanya berbinar beradu rembulan.

Aku mendamba dirimu

bersembunyi di antara sajak-sajak yang terucap dan tersurat,

aku mencarimu lalu menafsirkanmu,

bersandar di pangkuanmu lalu kau membelaiku.

Aku menantikan sabda-sabda indah jatuh dari bibir merahmu,

mengalir dari lidahmu,

beradu dengan diriku.

Aku menantikan saat-saat yang akan datang.

Di mana sajak-sajak yang lahir dari lidah

kan mengajakmu bertamasya ke kebun indah kita,

melihat kucing-kucing kita berserta buaian-buainnya,

dan sajakku mengajak kembali dirimu

untuk membelaiku dalam pangkuanmu, duhai gadisku.

Aku menginginkan dirimu.

23 Agustus 2022, pukul 00.38 WIB

 

Dirimu

Aku melihatmu dari gelas-gelas kaca.

Kau bening tanpa ada noda,

Dengan lengkungan tubuhmu yang mengikutinya.

Aku melihat dari pantulan gelas-gelas kaca,

Di mana aku memandangmu

manis berkulit cokelat menghilangkan dahaga.

Kau mengusap bibirku,

membelai lidahku

Tenggelam dalam ragaku

Kau slalu ingin ku temui,

Fajar

Siang

Petang

Yang kemudian menghantam malam

Aku menatapmu di balik gelas-gelas kaca.

29 Agustus 2022, pukul 22.51 WIB

 

Satu titik gerimis

Dalam sekejap

aku melihat sajak-sajak melayang menjadi kabut,

Ia melayang

Terus melayang

Kemudian dia bersenda gurau dengan kawan-kawan sebayanya.

Mereka membicarakan

bagaimana bulan yang mereka tutupi menjelma menjadi senyum,

Bagaimana sinar purnama yang mereka halangi berpindah pada matamu

Adapun sajak-sajak itu

saling menyusun satu demi satu,

butir demi butir

Dan tetes demi tetes menjadikannya embun

Adapun embun

saling tindih-menindih

tumpuk-menumpuk menjadi gerimis

Menyentuh kulitku,

membelai tangan,

melenyapkan penatku.

Mungkin ia sekarang dingin,

Seperti satu titik gerimis,

Tapi dalam sanubariku

berharap ia berteman dengan mentari menjadikannya pelangi.

29 Agustus 2022, pukul 22.51 WIB

 

Ingin

Inginku adalah kulitmu

Bersentuhan dengan jari jemariku

Bergandengan melalui kesibukan yang amat semu

Inginku adalah bibirmu, bersentuhan dengan diriku.

Mengecup yang membuat degup

Inginku adalah wangimu

Di saat kita duduk bersama

Berdua saja

Sekali lagi, berdua saja

Kita pun mulai bercerita, bagaimana gemingnya ayah membuatmu menjadi batu

Bagaimana lembutnya ibu, beralun bagai lirik lagu

Menyulam dirimu

Lalu kita mulai membayangkan

tentang taman-teman rumah,

tentang bunga-bunga indah

tentang tetangga-tetangga yang ramah

dan tentang pohon di belakang rumah yang patah.

5 September 2022, pukul 22.22

 

Ilustrasi: Muhammad Rizaldy P.

(Visited 137 times, 1 visits today)

Last modified: 19 September 2022

Close