Written by Nurul Luthfiyyah _&_ Nabila Farida 21:16 Berita Kampus

Maba UIN Malang 2024 Curhat Fasilitas Asrama Rp10 Juta: 1 Kamar Isi 8 Orang, Wi-Fi Lemot, Makan Mahal

Selasa, 20 Agustus 2024, terlihat mahasiswa dan mahasiswi baru (maba) dari kampus 2 dan 3 tengah mengikuti kegiatan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang di kampus 3. Beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang diwawancarai UAPM Inovasi mengeluhkan fasilitas dan biaya kebutuhan di ma`had (asrama) UIN Malang, seperti persoalan Wi-Fi lemot, 1 kamar yang diisi 8 orang, hingga harga makanan yang mahal.

“Kami kesulitan ya. Soalnya di sini [kampus 3] akses Wi-Fi-nya juga kurang cepat dan informasi penugasan berdekatan sama tanggal deadline. Selain itu, di sini yang paling penting itu di sini enggak ada ATM-nya, jadi sulit mau tarik tunai kalau enggak ada cash bisa beli makan ke Nuna (pendamping di ma`had)-nya,” kata Novitasari, maba Prodi Teknik Lingkungan angkatan 2024, kampus 3 UIN Malang.

Keluhan mengenai Wi-Fi yang tidak lancar juga disampaikan Haifa dari Prodi Psikologi kampus 3. Menurutnya, internet sangat diperlukan di tengah banyaknya tugas PBAK. Haifa mengatakan, semua akan lancar jika Wi-Fi juga lancar.

“Kami masih proses adaptasi yang mana kami masih menyesuaikan diri dari segi suhu dan makanan yang ada di sini. Tapi yang paling penting bagi kami yang dikejar deadline dari tugas PBAK itu satu, Wi-Finya yang lancar gitu loh. kalau Wi-Fi lancar insya Allah semuanya lancar soalnya yang penting itu internet,” terang Haifa.

Selain permasalahan Wi-Fi dan tidak adanya ATM, Novita juga mengeluhkan harga makanan di kampus 3 UIN Malang agak mahal. Untuk sekali makan, minimal seharga Rp12.000, belum dihitung jajan. Karena kantin di kampus 3 belum tersedia, sehingga banyak maba yang menitip makanan untuk dipesankan oleh para pendamping ma`had.

“Sama harga makanannya agak mahal ya. Sekitar Rp12.000-15.000. Kantinnya pun masih belum ada. Jadi kalau makan tuh di depan FKIK, tapi itu mahal. Karena mahal gitu jadi kebanyakan lari ke Nuna buat catering. Sehari buat makan minimal itu Rp25.000-30.000. Itu tanpa jajan ya, tanpa cemilan gitu,” lanjut Novitasari.

Pada hari kedua PBAK-U di kampus 3 UIN Malang, terdapat sesi keluh kesah dari salah satu perwakilan maba yang disampaikan langsung kepada Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) di dalam acara. Perwakilan maba tersebut menyampaikan masalah Wi-Fi dan adanya atap yang rusak sehingga air dapat merembes.

“Yang jelas dirasakan oleh semua penghuni ma`had kampus 3 yaitu masalah Wi-Fi, sih. Kemaren juga dari kamar teman saya ada yang atapnya rembes kalau tidak salah di lantai 2,” jelas perwakilan maba tersebut.

Menko Polhukam Dema UIN Malang menanggapi keluhan tersebut dengan mengatakan nanti akan ada informasi baru terkait Wi-Fi, serta memberitahukan kepada maba untuk melakukan pengaduan langsung agar bisa ditindaklanjuti oleh pihak pusat data.

“Nanti juga akan ada info tambahan dishare. Silakan kirim aduannya langsung ke saya nanti dan Menko Polhukam serta pihak-pihak terkaitnya langsung kita tindaklanjuti pada pihak pusat data yang selaku dalam kapasitasnya menangani yang namanya Wi-Fi,” jawabnya.

Baca Juga: Mahasiswa Tanyakan Alasan Keterlambatan Fasilitas PBAK

Hari pertama Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) UIN Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang (13/08), mahasiswa baru belum mendapatkan fasilitas dasi, topi, kaos dan jas almamater pada. Hal ini menjadi pertanyaan di kalangan mahasiswa baru. Salah satunya M Sholih Salimul Uqba, mahasiswa baru jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA).

Nasib MABA Kampus 2 Merasa Kesulitan dengan Fasilitas yang Kurang Memadai

Potret kondisi Kampus 2 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Foto oleh Fasya Haikal Zam-zamy
Potret kondisi balkon di Kampus 2 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Foto oleh Fasya Haikal Zam-zamy

Uang ma`had Rp10 Juta ternyata tidak menjamin fasilitas yang didapat maba dinilai memadai. Seperti diungkapkan Fasya Haikal Zam-zamy, maba Prodi Farmasi yang mengaku tidak puas dengan fasilitas kampus 2. Menurutnya, terdapat ketimpangan dalam fasilitas kampus 2. Fasya mengatakan, lantai 1 dari mabna (asrama) berisi 8 orang per kamar, sementara lantai 2 hanya berisikan 2 orang. Selain itu, harga makanan di cafetaria (kantin kampus 2) dinilai sangat mahal.

“Sama-sama bayar 10 Juta, tapi fasilitas beda banget. Maksudnya tentang pembagian kamarnya, lantai satu berisikan 8 orang sementara lantai 2 berisikan hanya 2 orang perkamar. Ini gimana konsepnya? Sama ini Kak, harga makanannya nggak ngotak. Mahal banget. Pernah beli makanan cuman nasi sama telur aja, telur dadar tapi kecil banget dan itu harganya udah Rp9.000, lo,” keluh Fasya.

“Padahal waktu aku ke kampus 1 Rp9.000 udah dapat omelette. Aku juga pernah bicara sama driver yang antar jemput itu kenapa kok makanan di sini mahal, kata bapaknya emang mahal. Terus aku bilang “Lah tapi ini nasi aja dihitung, Pak.” Ternyata bapaknya juga kaget. Nasi dulunya gak dihitung ambil ya ambil aja, sekarang nasi dihitung kadang Rp5.000 dan seterusnya tergantung seberapa banyak ngambil,” tambahnya.

Fasya juga mengungkapkan, beberapa AC di ma`had yang seharga 10 juta tersebut tidak berfungsi. Lalu, ada lemari yang sudah jelek di salah satu kamar. Fasya juga menyinggung soal tempat jemur pakaian yang hanya tersedia di balkon yang sangat kecil dan selalu penuh untuk 8 orang.

“AC itu beberapa ada yang sudah rusak, lalu lemari di kamar 06 itu dapat kayu yang udah jelek. Saran juga ada tempat untuk jemur pakaian, soalnya kalau jemur di balkon kecil banget. Bahkan, di bawah juga tidak ada tempat. Kalau ada udah nyuci-nyuci aku,” keluh Fasya.

Editor: Rakhan Wardhanni

(Visited 159 times, 3 visits today)

Last modified: 22 Agustus 2024

Close